Nama saya Satrio, seorang perawat di sebuah rumah sakit di Bandung bagian Selatan, kisah yang akan kuceritakan ini terjadi saat aku masih bertunangan dengan istriku sekarang ini, dan terjadi berawal dari hal yang sama sekali tidak terduga sedikitpun olehku.
Januari 2001 lalu aku mengantarkan kawanku John ke bengkel Honda di jalan XXX Bandung bagian. Saat tiba di bengkel, sudah banyak mobil yang antri menunggu giliran.
John tersenyum kepadaku dan bilang, "Sorry Yo.., kayaknya loe musti nungguin lama juga nih.."
Brengsek juga nih pikirku, biar tidak bosan, aku pergi ke warnet di dekat situ, persisnya di sebelah Soto Kudus, persis depan Centro.
Aku masuk, disambut oleh seorang gadis yang ternyata adalah yang bertugas menjaga warnet tersebut. Mulanya aku tidak begitu memperhatikannya, berhubung hatiku lagi kesal sekali sama ulah si John tadi. Tapi ketika aku mulai meng-klik mouse dan sedang menunggu connect-nya internet, baru aku perhatikan bahwa gadis penjaga ini punya wajah cukup lumayan dan body yang oke juga. Terus terang, saat itu juga aku terpikat oleh penampilannya, aku jatuh hati pada "the way she look".
Aku sibuk berpikir dalam hati, bagaimana cara aku berkenalan dengannya? Tapi mungkin memang takdir cara itu datang dengan sendirinya, gadis itu tidak lama kemudian membuka juga internet dan dia duduk persis di belakangku, jadi posisi kami saling memunggungi satu sama lain. Aku sempat menoleh ke belakang, dan kulihat dia membuka situs "mIRC".
"Kayaknya dia mau chatting nih..," pikirku.
Ternyata benar, dia mau chatting, dan aku sempat melihat kalau dia pake "nick" santhie. Langsung saja aku masuk ke "mIRC" juga, aku call dia, eeh dia nge-reply.
Kami berkenalan, dan selama chatting itu dia sama sekali tidak sadar kalau Satrio yang sedang ngobrol dengannya adalah cowok yang duduk tepat di belakangnya, hihihihi. Pas sejam aku selesai, aku bayar, aku pancing obrolan dengannya, aku tahu sekarang namanya "Santi", tepatnya "IrSanti". Tampangnya benar-benar membuat aku bergairah.
Aku lalu keluar, pergi ke bengkel menemui si John, mobilnya sedang dikerjakan. Aku pergi ke telepon kartu di bengkel itu, kutelepon penerangan "108". Kutanyakan nomer telepon warnet itu, setelah kudapat langsung kutelepon, dan aku minta bicara dengan Santi.
"Siapa nih..?" suara Santi di seberang sana.
"Ini Satrio, boleh saya kenal kamu..?" jawabku.
"Boleh aja, tapi kamu dapat nomer ini darimana..?" tanya Santi lagi.
"Saya yang pernah main di warnet kamu..," jawabku.
Dan Oh My God..! Tahu tidak Santi bilang apa..?
"Kamu yang tadi chatting di belakang saya khan..?" katanya.
Mati aku, dia sudah tahu rupanya. Terlanjur malu aku mengaku saja, kalau itu benar aku, dan aku terpesona oleh penampilan dia, tapi aku malu untuk menegur disana, jadi aku pakai cara ini saja.
Santi tertawa, enak deh suaranya, kuberanikan saja ingin menjemput dia, mau atau tidak. Katanya dia sore ini tidak bisa, karena cowoknya (yang akhirnya kuketahui namanya Syaiful) menjemput dia.
"Gimana kalau besok lusa aja..?" katanya.
"Oke aja.." kataku.
Jadilah lusanya aku tidak praktek, jam 17.00 tepat aku sudah sampai di warnet Santi. Kami terus jalan deh. Di jalan, dasar pikiran nakalku sudah di ubun-ubun, aku tanya sudah berapa lama Santi pacaran sama Syaiful, berapa kali pacaran, terakhir aku juga mengaku sudah punya gadis, terus aku tanya mau tidak Santi jadi gadisku? Santi kaget.
"Jadi Santi ngeduain Syaiful donk Yo..?" tanyanya.
"Iya sama Satrio juga ngeduain gadis Satrio.." jawabku sekenanya.
"Nakal kamu Yo.." kata Santi sambil mencubit lenganku.
"Naaah.., kena nih gadis..!" pikirku.
Kutangkap tangannya, kupegang kuat, kuhentikan mobilku di depan sebuah bangunan sepi dekat Pasaraya Manggarai, kutarik Santi ke arahku, kucium bibirnya, Santi mendorong tubuhku.
"Hhhmmmhh malu-malu kucing nih.." pikirku.
Terus kutarik tubuhnya sambil mengeluarkan kata-kata gombalku. Lama kelamaan Santi tidak menolak lagi, dibalasnya ciumanku, dijulurkannya lidahnya, digigitnya bibirku, kusedot lidahnya, nikmat sekali, urat syarafku terangsang. Kuraba pahanya, terus ke selangkangannya, Santi mendesah.
"Jangan Satrio.." desahnya.
"Mau ngapain kita kesini Yo..?" tanya Santi.
Aku tidak menjawab, kusuruh dia menunggu di mobil, aku masuk ke dalam, aku check in di kamar 104.
Setelah diantar ke kamar, kuhidupkan AC, lalu aku ke mobil.
"Yan, turun yuuk..!" kataku.
"Nggak tau ah, mau ngapain sih Satrio..?" kata Santi.
Lagi-lagi kukeluarkan jurus mautku, sampai akhirnya Santi mau juga ikut masuk ke kamar. Di dalam kamar kubuka celana panjangku. Dengan hanya pakai handuk aku ke kamar mandi, saat aku keluar kulihat Santi sedang nonton TV.
"Film apa sih Yan..?" tanyaku sambil duduk di sebelahnya.
"Sinetron..," jawab Santi pendek.
Kupandangi wajahnya, Santi jengah juga dan bilang, "Ngapain sih ngeliatin gitu Yo..?"
"Kamu cantik.." rayuku.
"Satrio pengen ciuman kayak tadi deh.." kataku.
Kutarik tubuhnya, Santi diam saja, kuangkat dagunya, kupandangi lekat-lekat matanya, kucium lembut bibirnya, Santi memejamkan matanya. Dibalasnya ciumanku, kujulurkan lidahku, Santi membalasnya, kuhisap, Santi membalasnya. Pikiranku benar-benar sudah dikuasai gairah memuncak, kuciumi lehernya, kujilati sepuasku.
"Aaacchh.., Satriooo..." desahan Santi membuatku tambah bernafsu.
Aku berdiri di samping tempat tidur sambil tidak lepas memandang wajahnya sedikitpun.
Kubuka bajuku, handuk, terakhir celana dalamku, sengaja tidak kupadamkan lampu, penisku langsung "tegak-melompat" keluar "sarangnya". Kulihat Santi terkesima, kuhampiri dia, kuraih tangannya, kuletakkan di atas penisku, kusuruh dia melakukan gerakan "mengocok".
"Aaahhh nikmat sekali.." desahku.
15 menit Santi melakukan itu, kulepaskan tangannya dari penisku, kutarik wajahnya, kuarahkan ke penisku. Mula-mula Santi menolak, dengan sedikit paksaan mau juga dia. Masuklah penisku dalam mulut mungilnya. Digerakkannya maju-mundur berulang kali sampai basah kuyup penisku oleh ludahnya, kurasakan spermaku mau keluar, kutarik rambutnya.
"Stop Santi..!" kataku.
Kini kubaringkan dia, kutelanjangi Santi sampai sehelai benang pun tidak ada lagi di tubuhnya. Kupandangi tubuhnya, tampak di perut kirinya ada tahi lalat cukup besar. Kucium bibirnya, dagunya, turun ke lehernya, dadanya, perutnya, kuhisap pusar dan tahi lalatnya, Santi menggelinjang geli. Kuteruskan ke selangkangannya, kumasukkan jari tengahku sambil aku terus mencium selangkangannya.
"Aaaccchhh Riiiooo niiikkkmaaatnyaaa sayaaanggg..." desah Santi.
Santi mengangkat pantatnya setinggi-tingginya, kurasakan basah vaginanya. Santi telah orgasme rupanya. Kini aku menaiki tubuh Santi, penisku pun sudah amat berdenyut mendambakan pelampiasan pula. Kuarahkan penisku ke vagina Santi, kuturunkan perlahan pinggulku, tidak sedetikpun kulepaskan pandanganku dari mata Santi. Kulihat Santi menggigit bibirnya.
"Sakiiittt Riiiooo..." desahnya.
Kuhentikan sejenak, lalu kuteruskan lagi, Santi mendesis lagi. Kulihat butiran air mata di sisi matanya.
"Sakit saayyyaangg..?" tanyaku.
"Iyyaaa Riiiooo, punya kamu besar sekali.." jawab Santi meracau.
"Mana besar sama punya Syaiful..?" tanyaku.
"Besar punya kamu Satriooo... sakit saaayyyaangghhh, perrriiihhh, tapiii niiikmaaatthh sekaliii.." rintih Santi.
Akhirnya masuk semua penisku ke dalam vaginanya. Kutarik maju mundur, akibatnya sungguh luar biasa, Santi menggeram, kedua kakinya menjepit pinggangku sekuatnya, giginya ditanamkan di bahuku, kurasakan pedih. Waaaahhh berdarah nih... Santi orgasme kedua kalinya.
Kini kuganti posisiku, Santi kusuruh menungging, dan dengan nafsu memuncak kutusukkan penisku ke anusnya, kurasakan otot "spchincter ani"-nya mencengkram erat penisku. Kugerakkan masuk-keluar penisku, kugenggam payudaranya, Santi menggenggam tepi tempat tidur.
"Riiooo... saaayyyaanngghh... ciiintaaa... eeennnaaakkhhh... Riioooo.. Satrioooo... nikmaaatthh sayaaaanggghh... terrruuussshhh cinnntaaaa..." erang Santi terus menerus.
Aku benar-benar nikmat, "Yaaanntiii kuhamili kamuuuu... badan kamuuu enak bangeeettthh.." erangku juga.
10 menit kemudian aku tidak tahan lagi, penisku berdenyut kuat, kucengkram erat pinggul Santi, kusemburkan sperma hangatku dalam vagina Santi.
"Aaacchhh nikmat sekali..." desahku di telinganya.
Kami pun terkulai lemas.
Setelah itu beberapa kali kami mengulanginya di
hotel "xxx" dekat kantor Santi. Sekarang Santi telah menikah dengan Syaiful. Kami masih berhubungan lewat telepon. Semoga kamu baca kisah kita ini Santi. Satrio sayang kamu selalu.