Namaku Azwin, usiaku 19 tahun, sekarang aku sedang kuliah di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Aku mempunyai sifat pemalu yang sejak dulu menjadi hambatan bagiku dalam menjalin hubungan dengan lawan jenisku. Peristiwa yang aku alami ini ternyata mengubah hidupku menjadi luar biasa, lebih dari yang aku bisa bayangkan.
Perjalananku dimulai ketika aku pulang ke Jakarta pada saat liburan semester. Liburanku berawal dari tanggal 27 Juli sampai dengan 13 September, aku berada di Jakarta sudah sejak tanggal 30 Juli. Dalam liburan ini aku berkunjung ke rumah beberapa temanku, diantaranya adalah seorang teman lamaku Silvi yang sudah sejak SMU tidak pernah bertemu. Kalau kuhitung-hitung sudah sekitar satu tahun aku tidak bertemu dia. Sejak aku pertama kali bertemu dia aku langsung jatuh cinta.
Aku melihat Silvi sebagai sosok perempuan yang paling sempurna, [The Angel From Heaven!], rambut hitam yang sepanjang bahu, wajah super cantik, body bagaikan supermodel, payudara yang indah meskipun hanya bisa dilihat dari luar seragam sekolah, dan bokong yang membuat mata cowok manapun mengikutinya kemana pun ia pergi. Betapa inginnya aku menjadi bra atau celana dalam yang selalu dipakainya, jadi kursi yang selalu didudukinya, jadi tempat tidur yang selalu ditidurinya, atau jadi sabun yang selalu menjelajahi tubuhnya. Aku selalu membayangkan bagaimana seandainya Silvi menjadi pacarku.
Waktu itu kelas dua SMU. Dia kelas 2-4 dan aku kelas 2-3. Aku mendekati dia dengan cara menjadi temannya yang paling baik. Aku tidak berani mengutarakan perasaanku kepada dia, akibatnya dia tergaet oleh orang lain. Hasil yang aku terima adalah aku hanya dianggap sebagai temannya. Setelah tamat SMU kerinduanku makin memuncak, aku memikirkannya setiap aku mau tidur, mau makan, mau mandi, mau gosok gigi, mau berangkat ke kampus, mau nonton VCD porno, mau masturbasi, setiap mau melakukan apapun. [Even we're apart, you will always in my heart, Silvi]. Maka dari itu aku memberanikan diri untuk mengunjungi dia mumpung masih liburan. Untuk memastikan dia ada di rumah, aku meneleponnya.
"Halo, bisa bicara dengan Silvi?" tanyaku menyapa.
"Iya, ini Silvi sendiri, ini siapa ya?" balasnya.
"Hei Sil, gimana kabar lo? masih inget gue ngga?" kataku bersikap sok tenang.
"Hmm.. siapa ya? ini Dimas ya? jangan iseng dech, gue tau ini elo kan?" katanya menebak.
"Dimas siapa.. ngaco ah.. ini gue Azwin.."
"Azwin? hei.. pa kabar juga? gue baik2 aja.. udah berapa lama sich? setahun ada kali ya.."
"Iya.. eh Sil gimana kabar lo ma si.. itu tuch.."
"Sama sapa?"
"Itu lho.. si Romeo.. hi.. hi.."
".."
"Halo Sil.. gue salah ngomong ya..? haloo.."
".. ngga.. kok.. gue.." katanya sambil menangis.
".. Silvi ga perlu ceritain kok kalo Silvi rasa itu bikin sakit.." kataku berusaha menenangkannya.
".. Azwin.. bisa.. ga.. dateng.. ke.. rumah.. Silvi..?" lanjutnya.
"Azwin pasti kesana.. Silvi tunggu aja ya.. Azwin pasti datang.." jawabku.
".. cepet ya.. please.." katanya masih menangis.
Aku langsung pergi ke rumahnya begitu telepon ku tutup. Selama perjalanan aku mulai berpikir apa Silvia baik-baik saja.. aku berharap dia tidak melakukan sesuatu yang ceroboh. Kira-kira 30 menit kemudian aku tiba di rumahnya. Aku lihat dia sudah menungguku di pintu depan. Aku parkir mobilku di tepat di depan rumahnya. Aku langsung berjalan kearahnya dimana kulihat cewek yang sangat kusayangi meneteskan airmatanya. Belum sempat ku tanya alasan mengapa ia menangis, dengan tiba-tiba dia menarik tanganku dan membawaku ke dalam rumah. Kami kemudian duduk di sofa dan dia mulai menceritakan masalahnya. Tapi beberapa menit kemudian tanpa sadar aku melingkarkan tanganku di bahunya, namun anehnya dia tidak merasa canggung ataupun risih, malah dia menyandarkan kepalanya ke bahuku.
Aku pun tiba-tiba mengatakan sesuatu yang tidak pernah berani aku katakan kepadanya.
"Silvi, dari dulu ada hal yang aku pengen bilang ke kamu.."
"Azwin bener-bener sayang sama Silvi.. Azwin selalu memikirkan Silvi.."
"Dari pertama kali kita kenalan, Azwin sudah suka ma Silvi.."
"Dan sekara.."
Belum selesai aku mengatakannya Silvi tiba-tiba menutup mulutku dengan tangannya. Dia kemudian mencium bibirku dengan lembut sekali, aku pun tanpa pikir panjang, kubalas ciumannya penuh cinta. Beberapa saat kami berciuman, kemudian Silvi mengatakan hal yang paling indah yang pernah aku dengar.
"Azwin.. sebenernya Silvi juga suka sama kamu"
".. dari dulu aku berharap kalo kamu itu yang mengajak Silvi nonton, makan.."
".. Silvi selalu berharap Azwin suatu saat bakal ngajak Silvi.."
"I love U.."
Langsung saja kucium bibir hangatnya dengan mesra. Kami berciuman cukup lama sampai akhirnya Silvi mengajakku ke kamarnya. Tujuannya sudah jelas, tempat tidur empuk yang masih tertata rapi. Ciuman kami terus berlanjut dimana kami sedikit demi sedikit saling melepaskan pakaian kami, kuangkat dasternya sambil ku meremas bokongnya yang sangat kenyal, "Gila.. empuk banget pantatnya.." kataku dalam hati melanjutkan meraba dan meremas bokong terseksi milik Silvi. Aku dulu hanya bisa melihat, sekarang aku bisa menikmatinya. Aku tahu masih banyak lagi yang lebih hebat dari cewek ini. Suara hatiku berkata "Dia cinta pertamamu, dan sekarang kamu memilikinya..".
Tanganku melanjutkan perjalanannya keatas, disana ia menemukan dua buah gundukan, dengan lembut ku remas dan perlahan kulepaskan dari penutupnya yang telah mengurungnya selama ini. Ternyata buah dada Silvi tampak sangat indah jika dilihat langsung. Bundar penuh dan putingnya berwarna coklat kemerah-merahan. Ukurannya pun benar-benar menakjubkan. Tepat dalam telapak tanganku. Penisku pun menjadi amat tegang. Aku merabanya dari bawah dan kemudian naik keatas dimana ku menemukan puting susu yang sudah mulai mengeras. Silvi pun bersuara ketika aku menjilatinya.
"Hmm.. enak.. Azwin.. terus.. ss.." desah Silvi,
Aku pun menuntunnya ke tempat tidur. Kami sudah seperti pasangan suami istri pada saat malam pengantin. Silvi duduk di tepi tempat tidur sedangkan aku masih berdiri. Silvi sudah tidak memakai bra tapi masih mengenakan celana dalam, kami saling bertatapan sejenak..
"Azwin.. Silvi mau melakukannya sama kamu.. Silvi melakukannya untuk kamu.."
Silvi pun kemudian melepaskan celana dalamku, dimana disana tersimpan milikku yang sangat berharga. Perlahan ia meraih penisku yang sudah teramat tegang dan menghisapnya.
"Ohh.. Silvi..", aku merasakan kenikmatan hebat.
Aku balas perlakuannya dengan meraba buah dadanya yang juga semakin tegang.
"Ahh.. Azwin.. terusin.. ahh.." lalu aku membuka celana dalam Silvi yang sudah agak basah.
Aku bisa melihat vagina yang di tumbuhi sedikit bulu, rupanya dia rajin mencukurnya. Langsung saja kuraba seluruh bagiannya berharap menemukan tempat yang paling sensitif.
"Aah.. teruss.. Azwin.. ohh.." Silvi mendesah, mendengarnya aku makin bersemangat.
Aku kemudian membawa Silvi ke tengah tempat tidur seraya mencium dan menjilati bagian tubuhnya yang paling intim itu.
"Aahh.. aku.. mo.. keluarr.. ohh.. sshh.." Silvi mengerang dan menjambak rambutku, Silvi orgasme saat itu, cairan kenikmatannya banyak sekali yang keluar.
Aku menciumnya bibirnya dan terus meremas-remas buah dadanya, lalu kulumat puting susunya seperti anak kecil mengemut permen kesukaannya.
"Ahh.. sshh.. aahh.. sshh.." Silvi mengerang tak karuan.
Penisku yang sudah agak melemas kembali tegang ketika Silvi mengulumnya sebagai balas budi.
"Ohh.. Silvi.. you.. are.the.. best." kenikmatanku memuncak ketika aku merasa aku akan orgasme.
"Ahh.. sshh.. Silvii.." croot.. croott.. crot.. aku menyemprotkan maniku kedalam mulut Silvi, dan ia pun menelannya.
Kami berada dalam kondisi sangat bergairah. Aku tetap menggerayangi tubuh Silvi supaya ia terus merasa "Panas", beberapa saat kemudian penisku yang sudah kembali tegang dan tampaknya sudah siap mencelupkan diri kedalam kolam kenikmatan. Dalam posisi Silvi terlentang dan aku diatasnya, aku menuntun penisku [14x3cm] ke arah lubang surga milik Silvi. Perlahan aku dorong penuh percaya diri, terlihat wajah Silvi agak menahan sakit.
"Ahh.. pelan-pelan.. sayang.. ohh..".
Aku dorong lebih dalam lagi meskipun agak sempit, "oh God.. gila.. memeknya ngejepit penis gue kenceng banget!" kataku dalam hati. Aku berpikir "jangan-jangan Silvi masih perawan". Kemudian penisku seperti tertahan sesuatu, kupaksa masuk.
"ahh..!" pekik Silvi, kurasa aku menembus selaput daranya, ternyata benar Silvi masih perawan. Lalu perlahan kuayun pinggulku.
"Oh.. sshh.. aah.. ohh.. hmm..", kami saling mendesah menikmati setiap gesekan, vagina Silvi benar-benar rapat, dan ototnya terus memijat penisku tanpa ampun.
"Ohh.. sshh.. ahh.. sshh.. ohh.." dan kemudian tanpa mencabut penisku, aku mengganti posisi, aku dibawah, dan kini giliran Silvi yang bergerak.
"Ohh.. ah.. ssh.. Azwin.. enaakk.. terus.. ss" gerakan Silvi aku imbangi, aku meremas buah dada Silvi dan sekali-sekali aku mengangkat tubuhku untuk menghisap dan menjilati puting susunya.
Tiba-tiba tubuh Silvi kejang, "Aah.. aku.. mauu.. keluarr.. ohh.."
Aku merasakan semprotan cairan vagina Silvi membasahi kepala penisku, terasa hangat dan nikmat. Kami dalam posisi ini agak lama, dimana variasi hanya dalam bentuk ciuman, hisapan puting susu. Kemudian aku merasakan adanya desakan di pangkal penisku, aku lalu menggerakkan pinggulku naik turun, dibantu Silvi yang juga bergerak naik turun.
"Ohh.. sshh.. ohh.. SSHH.." aku merasa akan orgasme, aku lalu mempercepat gerakanku, tiba-tiba tubuh Silvi kembali mengejang, namun kali ini lebih kuat, dan vaginanya pun menjadi lebih sempit, otot-ototnya memijat lebih hebat.
"OOHH.. Silvi.. mau.. kkee.. ke.. AAHH.." Silvi mencengkeram bahuku keras sekali.
"OOHH.. AHH.. Azwinn.. ga.. kuat.." Aku langsung menancapkan penisku sampai habis, kupeluk cintaku seerat-eratnya dan.. "Croot.. croot.. croott" aku dan Silvi orgasme bersama, bersama mencapai kenikmatan. Aku memeluk Silvi seperti tak akan kulepaskan, dia cintaku yang pertama, cinta pertamaku yang hebat, cinta pertamaku yang nikmat. Kami sudah menjadi sepasang kekasih. Aku sadar Silvi telah memberikan mahkotanya kepadaku.
"Baby you're all that i want, and you're lying here in my arms"
"I love u so much Silvi" kataku lembut seraya mencium bibirnya yang basah namun lembut.
Ini pertama kali Silvi bercinta, dia pertama kali bercinta denganku, aku bercinta dengan cinta pertamaku. Aku mengalami hal yang terindah dalam hidupku.
Kami masih dalam keadaan telanjang, duduk berhadapan, Silvi kupangku diatas pahaku, kami tidak berbicara sepatah kata pun, kami hanya saling memandang, saling tersenyum, sesekali kucium bibirnya, kubelai rambutnya, dan kuhapus airmata bahagianya yang mengalir menuruni pipinya.
"Silvi.. Aku sangat mencintai kamu sepenuh hati Azwin, kamu adalah hal terindah yang pernah terjadi untukku, Azwin ngga bakal ninggalin Silvi, Azwin akan selalu ada untuk Silvi.." kemudian kuberikan ciuman terhangat dan termanis untuk Silvi-ku.
Aku akhirnya mendapatkan cintaku, cinta pertamaku.
Sampai saat ini aku berpacaran dengan Silvi, kami bercinta kapan saja kami mau, baik itu di rumah Silvi ataupun di rumahku. Kami selalu ingin merasakan kenikmatan dunia itu berulang kali.
E N D