Kisah ini kualami tahun 1992, saat mulai kuliah di kota Y. Aku, Hartomo, dari keluarga sederhana dan jauh tinggal di kota kecamatan sehingga mengharuskan untuk kost di kota Y. Kebetulan ada keluarga di kota yang biasa aku sebut Bude, namanya Bude Aminah. Dengan pertimbangan biaya, akhirnya aku tinggal serumah dengan Bude Aminah sekeluarga. Bude Aminah tinggal bersama suaminya Pakde Toyo, mereka punya anak perempuan yang ikut suaminya di luar kota, sehingga bude dan pakde hanya ditemani pembantunya bernama Mbok Tuminem.
Sebagai anak muda sangat wajar jika nafsu seksku sangat besar menggebu-nggebu. Apalagi dengan postur tubuh saya yang gagah, kekar dan atletis. Dengan tinggi badan 180 cm, berat 70 kg, ditambah wajah yang ganteng menjadi modalku untuk menaklukan wanita. Selama tinggal bersama bude itulah hampir tiap malam aku onani, mengocok batang kemaluanku yang besar dan panjang ini dengan tangan sendiri. Itu disebabkan kesintalan dan kemontokan tubuh Bude Aminah yang membuatku selalu terangsang tiap hari. Tiap malam aku sering mendengar desah nafas dan lenguhan orang bersetubuh, yaitu antara bude dan pakde karena kamar kami bersebelahan saja.
Aku yakin setiap laki-laki manapun akan selalu kepingin merasakan hangatnya tubuh Bude Aminah dan merasakan jepitan kemaluannya dari tubuh sintal dan kencang itu. Walau sudah berumur 45 tahun, tapi bude pintar merawat diri hingga badannya tetap langsing dan ramping padat berisi persis cewek berumur 30 tahunan.
Dengan tinggi badan 170 cm, berat 62 kg, ditunjang kulit kuning cenderung sawo matang bersih, rambut hitam ikal bergelombang besar-besar sebahu, apalagi tonjolan buah dada yang sangat besar ukuran 36C menggantung di dadanya yang lebar, membuat penampilannya menambah daya rangsangku. Perut masih singset dan pinggul besar membulat penuh, berisi daging padat kencang sintal ditambah pantat menonjol mancung ke belakang, penuh gairah orang yang memandangnya. Dengan tubuh seksi itu aku yakin nafsu seks Bude Aminah pasti besar dan meledak-ledak. Jika sedang berjalan, pantatnya bergetar naik turun dan payudaranya yang besar kencang menonjol itu bergoyang kanan-kiri, membuat batang kemaluanku langsung tegang mendesak di celanaku.
Hari itu Bude Aminah bilang, "Tom, nanti ikut makan malam bareng Bude dan Pakde ya, mau to..?"
"Nanti malam itu, ulang tahun perkawinan Bude dan Pakde," timpal budeku sambil senyum genit sekali.
Siang itu bude hanya memakai kaos 'you can see' putih transparan dengan belahan dada sangat rendah serta lubang lengannya begitu lebar tanpa BH lagi, sehingga dari samping dengan jelas terlihat buah dadanya yang besar kencang menonjol ke depan, apalagi bulu ketiaknya hitam lebat. Dipadu dengan rok span pendek sekali, panjangnya hanya sampai di pangkal pantat, sehingga paha membulat besar putih mulus itu 95% jelas terpampang di depan mataku.
"Ya.., iya a.. a.. aku pasti ikut Bude..," celetukku sambil gagap karena terangsang melihat tubuh budeku yang sintal dan padat berisi.
Aku semakin terangsang ketika melihat mencuatnya beberapa rimbunan bulu kemaluan bude yang hitam lebat itu, karena rok spannya yang sangat pendek.
Akhirnya tiba waktu yang kutunggu-tunggu dari siang tadi. Aku sudah siap dengan pakaian rapih ingin ikut makan malam bersama bude dan pakde.
"Mas Tomo makan malamnya sudah siap, silakan Mas, sudah ditunggu Bude Amin di meja makan," kata Mbok Inem pembantunya bude yang umurnya sepantaran dengan Bude Aminah, sekitar empat puluhan.
Walaupun hanya pembantu, tapi Mbok Inem pintar merawat tubuhnya, badannya yang subur mirip dengan penyanyi Waljinah yang montok dan bahenol, aku sempat membayangkan betapa nikmatnya jika penisku dijepit vagina wanita bertubuh sintal dan bahenol seperti penyanyi Waljinah.
"Aduhh.. hemm.. ehh.. nikmatnya mengocokkan penis di vaginanya Bu Waljinah."
Mbok Inem yang bertubuh pendek dengan tinggi badan 155 cm, berat kira-kira 50 kg, memiliki payudara yang lebih besar dari punya Bude Aminah ukuran 38C. Dengan kulit hitam manis menambah seksi badannya.
Aku dengan santai berjalan menuju ruang makan. Betapa kagetnya aku waktu itu, ternyata Bude Aminah hanya memakai kaos berenda besar-besar tanpa BH dan celana dalam, sehingga susu montok dan besar itu jelas terlihat, apalagi rambut kemaluannya yang hitam keriting sangat lebat, mulai dari bawah pusar sampai di vaginanya yang menggunung besar. Apalagi pakde juga hanya pakai kaos singlet dan tanpa celana, sehingga batang kemaluannya yang tidur kelihatan ditumbuhi rambut kemaluan yang jarang.
"Silakan Tom, mari duduk sini..," ajak pakde dan bude hampir bersamaan.
Aku hanya menggangguk menahan perasaan terangsang yang sangat hebat. Aku pun makan agak tersendat-sendat karena mataku terpecah konsentrasinya antara makan dan melirik tonjolan susu besar yang montok dan sintal milik Bude Aminah. Padahal bude hanya senyum-senyum menggodaku, sedangkan pakde sibuk melahap makanan di meja itu. Setelah kuamati, ternyata tangan kiri Bude Aminah sedang mengocok-ngocok batang kemaluan pakde dari bawah meja.
Akhirnya mereka berdiri, setelah kelihatan Pakde Toyo merem melek menahan rangsangan dari bude.
"Tom, aku sama Pakde ke kamar dulu ya, terusin aja makannya..," kata Bude Aminah sambil tangannya masih memegang batang kemaluan Pakde Toyo yang sudah tegang, walau ukurannya lebih kecil dari penisku jika tegang.
"Mau kemana Bude, kok cepet-cepet makannya..?" sahutku berlagak bodoh.
"Ini nih, kontol Pakdemu minta dijepit sama gawuknya Bude yang merekah nikmat ini lho..," sambung Bude Aminah sambil melebarkan kaki kanannya untuk memperlihatkan gundukan cembung vaginanya yang hitam tertutup bulu kemaluan itu.
Keduanya masuk kamar dan menutup pintu. Aku lalu makan dengan tergesa-gesa, karena terburu-buru ingin melihat adegan saling kocok antara bude dan pakdeku. Pintu kamar yang tanpa dikunci itu lalu kubuka sedikit perlahan-lahan. Dengan cahaya lampu yang cukup terang, aku dapat melihat pakde mulai menusuk-nusuk vagina bude yang cembung itu. Karena posisi senggama mereka membelakangiku, maka terlihat batang kemaluan Pakde Toyo yang agak kekecilan mengocok dan menusuk-nusuk vagina bude yang merah merekah, terlihat terlalu longgar buat batang kemaluan Pakde Toyo yang berukuran kecil itu.
Untuk beberapa lama kedua manusia setengah tua itu saling mengocok, menggenjot dan berdekapan erat menahan nikmatnya kocokan pada kemaluannya masing-masing. Baru 15 menit, Pakde Toyo kelihatan sudah bergetar menahan laju sperma yang akan segera muncrat keluar. Padahal Bude Aminah belum apa-apa, dan kelihatan kecewa karena hanya sebentar penis itu menusuk vaginanya. Akhirnya tiba saatnya tubuh Pakde Toyo mengejang hebat dan berteriak-teriak.
"Ahh.. oohh.. enakk sekali.. Jeng.., ougghh.., aahh.. heemm..!" desah Pakde Toyo.
"Crot.., cret.. cret.. serr..!" sperma Pakde Toyo keluar membanjiri rongga vagina Bude Aminah yang merekah itu jadi basah oleh cairan sperma Pakde Toyo yang cukup banyak.
Aku lalu beranjak pergi ke kamar sambil menahan tegangnya penis di balik celana yang makin sesak saja. Dari kejauhan terdengar pembicaraan antara Pakde Toyo dengan Bude Aminah, seperti akan pamitan mau pergi ke luar kota. Pakde Toyo yang seorang konsultan kadang-kadang harus berhari-hari tinggal di luar kota karena tuntutan pekerjaannya sebagai konsultan.
"Wah, malam ini Pakde mau pergi ke luar kota, jadi aku bisa mengocok Bude nih..," gumanku dalam hati.
"Tom, Pakde pergi dulu ya, jaga rumah baik-baik selama aku pergi..!" teriak Pakde Toyo dari balik pintu kamarku.
"Iya Pakde, jangan khawatir deh..!" sahutku cepat.
"Tom.., Tom.., Tom sini sayang, temenin Bude..!" teriak Bude Aminah dari kamarnya.
"Cepat Tom, aku sudah nggak tahan nih..!" rengek Bude Aminah.
Lalu dengan tergesa-gesa aku berlari menuju ke arah kamar budenya.
Setelah membuka pintu, lalu aku segera masuk dan menguncinya. Aku melihat Bude Aminah berbaring telentang berselimut, ternyata sudah telanjang, sehingga tubuh bongsor bahenol dan sintal montok itu jelas kulihat. Kini tampak tubuh putih mulus dan bahenol itu terbuka. Dadanya yang membusung ke depan dengan buah payudara yang besar dan menonjol mancung ke atas itu terlihat semakin menantang dan membuat nafsuku semakin tidak tertahan. Disingkapnya selimut itu ke bawah hingga buah dada Bude Aminah tersembul di hadapanku. Bibirku langsung menyambut dengan kecupan.
"Aahh.., hhmm..," desah Bude Aminah, kecupanku membuatnya merasakan kenikmatan khas dari mulutku saat aku mulai menyedot putingnya.
Bude Aminah terus mendesah sambil berusaha melepaskan celana yang kukenakan. Setelah berhasil melepaskan celana panjang itu, tangan Bude Aminah langsung meraih batang penisku yang telah tegang mengeras. Dirabanya lembut sambil mengusap-usap kepala kemaluan yang begitu disukainya itu.
"Oohh.., Bude.., oohh.." kini desahan Tomo terdengar menimpali desahan Bude Aminah.
Kecupanku pun kini menuju ke arah bawah dada Bude Aminah yang terus-menerus mendesah menahan nikmatnya permainan lidahku yang terasa menari di permukaan kulitnya.
Perlahan aku menuju ke daerah bawah pusar Bude Aminah yang ditumbuhi bulu-bulu hitam sangat lebat agak keriting dari sekitar daerah kemaluannya hingga di dekat pusar. Dengan pasrah Bude Aminah mengangkang, membuka pahanya lebar untuk memberi jalan padaku yang semakin asyik itu. Jari tanganku kini menyibak belahan kemaluan Bude Aminah yang menantang, dan dengan penuh nafsu aku mulai menjilati bagian dalam dinding vagina wanita paruh baya itu. Aku begitu buas menyedot-nyedot klitoris di antara belahan vagina itu, sehingga Bude Aminah semakin tampak terengah-engah merasakannya.
"Uuhh.., uuhh.., uuhh.., oohh.., oohh.., teruuss sedoot Sayaang.., oohh pintaar kamu Tomo.., oohh..!" kini terdengar Bude Aminah setengah berteriak.
Aku semakin bersemangat mendengar teriakan keras Bude Aminah yang begitu menggairahkan. Seluruh bagian dalam dinding vagina yang berwarna kemerahan itu kujilati habis sambil sesekali tanganku bergerak meraih susu Bude Aminah yang montok itu. Dengan gemas aku meremas-remasnya. Kenikmatan itu pun semakin membuat Bude Aminah menjadi liar dan semakin tampak tidak dapat menguasai diri. Ia kini membalik arah tubuhnya menjadi berlawanan denganku, hingga terjadilah adegan yang lebih seru lagi.
Kami kini saling meraih kemaluan, aku menjilati liang vagina Bude Aminah, sementara itu Bude Aminah menyedot batang kemaluanku keluar masuk mulutnya. Ukuran penisku yang besar dan panjang itu, kira-kira ukuran panjang 22 cm diameter 4,5 cm, membuat mulutnya penuh sesak. Ia begitu menyenangi bentuknya yang besar dan berotot, penis yang selalu membuatnya haus. Penisku lah yang selama ini dapat memuaskan nafsu birahinya yang selalu membara.
Dibanding milik Pakde Toyo, tentulah ukuran penisku jauh lebih besar, penis Pakde Toyo tidak lebih dari setengah ukuran penisku. Ditambah lagi dengan kemampuanku yang sanggup bertahan berjam-jam, sedang suaminya paling hanya dapat membuat wanita itu ngos-ngosan. Sungguh suatu kepuasan yang belum pernah ia rasakan dari siapa pun seumur hidupnya selain dari Aku.
Belasan menit sudah kami saling mempermainkan kemaluan kami masing-masing, membuat kami merasa semakin ingin melanjutkan indehoy itu ketahap yang lebih hebat. Nafsu kami yang telah tidak tertahankan itu membuat kami seperti tidak perduli akan hal-hal lain. Bude Aminah kini langsung menunggangiku dengan arah membelakangiku. Digenggamnya sejenak batang kemaluanku yang sudah tegang dan siap bermain dalam vaginanya itu, lalu dengan penuh perasaan Bude Aminah menempelkannya di permukaan liang vaginanya yang telah basah dan licin, dan "Sreepp bleess", penisku menerobos masuk diiringi desahan keras dari mulut kami yang merasakan nikmatnya awal senggama itu.
"Ooo.., ehh..," teriak Bude Aminah histeris seketika merasakan penisku menerobos masuk ke liang vaginanya yang seakan terasa sangat sempit oleh ukuran batang kemaluanku.
Sehingga jika ditekan serta ditusukkan ke dalam kemaluan merekah itu, bibir luar vagina itu ikut melesak ke dalam, dan jika ditarik keluar, bibir kemaluan itu ikut tertarik keluar, membuat pemandangan yang sangat indah. Pertautan antara penisku yang besar dan berotot dengan vagina Bude Aminah yang kencang dan seret itu seperti tiada habisnya.
"Aahh.., Buudee.., enaakk..!" balasku sambil mulai mengiringi goyangan pinggul Bude Aminah yang mulai turun naik di atas pinggangku.
Mataku hanya menatap tubuh Bude Aminah dari belakang punggungnya. Tanganku meraih pinggang Bude Aminah sambil membelainya seiring tubuhnya yang bergerak liar di atas pinggangku.
"Ohh Tomo.., oohh Sayang.., enaaknya yah Sayang oohh.., Bude suka kamu Sayang oohh.., enaknya Tom.., kontol kamu enaakk..!" desah Bude Aminah sambil terus bergoyang menikmati penisku yang terasa semakin lezat saja.
Aku pun tidak kalah senang menikmati goyangan Budeku itu, mulutku juga terdengar mendesah nikmat.
"Aauu.., oohh vagina Bude juga nikmat, ooh lezatnya oohh Bude, oohh goyang terus Bude..!"
"Sini tanganmu Sayang, remas susu Bude..!" tangan Bude Aminah menarik tanganku menuju buah dadanya yang menggantung dan bergoyang mengikuti irama permainan kami.
Aku meraihnya dan langsung meremas-remas, sesekali puting susu itu kupilin. Bude Aminah semakin histeris.
"Aauu.., oohh enaak, remeess teruus susu Bude Tom.., oohh.., nikmat.., oohh Tomo.."
"Ohh Bude Aminah.., oohh Bude enaknya, goyang terus Bude, oohh terus goyang oohh sampai pangkal Bude oohh.., tekan lagi oohh angkat lagi oohh.., mmhh oohh vaginanya enaakk Bude oohh..!" teriakku mengiringinya.
Kamar yang luas itu kini penuh oleh teriakan nyaring dan desahan bernafsu dari kami yang sedang meraih kepuasan seks secara maksimal itu. Bude Aminah benar-benar seperti kuda betina liar yang baru lepas dari kandangnya. Gerakannya di atas tubuhku semakin liar dan cepat, menunjukkan tanda-tanda mengalami klimaks permainannya. Sementara itu aku hanya biasa saja, aku masih asyik menikmati goyangan liar Bude Aminah sambil meremasi payudara Bude Aminah bergiliran satu per satu.
Lima belas menit saja adegan itu berlangsung, kini terlihat Bude Aminah sudah tidak dapat lagi menahan puncak kenikmatan hubungan seksual kami. Lalu dengan histeris Bude Aminah berteriak keras dan panjang mengakhiri permainannya.
"Ooouu.., oo.., aa.., iihh.., aku keluaarr.., oo.., nggak tahaann laagii enaaknyaa Tomo.., oohh..!" teriaknya panjang setelah menghempaskan pantatnya ke arah pinggangku yang membuat kepala penisku terasa membentur dasar liang rahimnya.
Cairan kental yang sejak tadi ditahannya kini muncrat dari dalam rahim Bude Aminah dan memenuhi rongga vaginanya.
Sesaat aku merasakan vagina Bude Aminah menjepit sangat kuat, nikmat sekali rasanya. Lalu aku merasakan penisku tersembur cairan kental dalam liang kemaluan Bude Aminah. Vagina itu terasa berdenyut keras seiring tubuh Bude Aminah yang mengejang sesaat, lalu berubah lemas tidak berdaya.
"Ooohh Tom, Bude nggak kuat lagi.. Istirahat dulu ya Sayang..?" pintanya padaku sambil melepaskan gigitan vaginanya pada penisku.
"Baiklah Bude," sahutku pendek.
Aku mencoba menahan birahiku yang masih membara sambil memeluk tubuh Bude Aminah dengan mesra.
Batang kejantananku masih berdiri tegang dan keras. Dengan mesra kucumbu kembali Bude Aminah yang kini terkapar lemas. Aku kembali meraba belahan kemaluan Bude Aminah yang masih basah oleh cairan kelaminnya. Jariku bermain mengutil titik kenikmatan di daerah vagina Bude Aminah. Bibirku pun tidak tinggal diam, aku kembali melanjutkan jilatanku pada sekitar puting susu Bude Aminah. Sesekali kuremas buah dada berukuran besar yang begitu kusenangi.
Kemudian beberapa saat berlalu, Bude Aminah menyuruhku berjongkok tepat di atas belahan buah dada itu, lalu Bude Aminah meraih sebuah bantal untuk mengganjal kepalanya. Ia meraih batang penisku yang masih tegang dan mulai mengulumnya, tangan Bude kemudian meraih payudaranya sendiri dan membuat penisku terjepit di antaranya. Hal itu rupanya cukup nikmat bagiku, sehingga aku kini mendongak menahan rasa lembut yang menjepit batang kemaluanku. Sementara itu tanganku terus bermain di permukaan vagina Bude Aminah. Sesekali kumasukkan jariku ke dalam liang kemaluan itu, dan mempermainkan klitorisnya sampai kemudian beberapa saat lamanya Bude Aminah mulai bangkit kembali.
"Hmm.., Tomo, kamu memang pintar Sayang, kamu buat Bude puas dan nyerah, sekarang kamu buat aku kepingin lagi, aduuh benar-benar hebat kamu Tom..," puji Bude Aminah padaku.
"Saya rasa suasana ini yang membuat saya jadi begini Bude, saya begitu menikmatinya sekarang, nggak ada rasa takut, kuatir ketahuan Pakde Toyo atau was-was. Bude juga kelihatan semakin menggairahkan akhir-akhir ini, saya semakin suka sama badan Bude yang semakin sintal dan montok.."
"Ah kamu bisa aja, Tom. Masa sih Bude montok, yang bener aja kamu..,"
"Bener lho, Bude. Saya begitu senang sama Bude belakangan ini, rasanya kenikmatan yang Bude berikan semakin hari semakin hebat saja."
"Mungkin aku yang semakin bersemangat kalau lagi main sama kamu, gairah Bude seperti meledak-ledak kalau udah main sama kamu. Tapi, ayo dong kita mulai lagi, Bude jadi mau main lagi nih kamu bikin. Iiih hebatnya kamu sayang..," kata Bude Aminah sambil mengajakku kembali membuka permainan kami yang kedua kali.
Bersambung ke bagian 02