Sambungan dari bagian 01
Masih di atas tempat tidur itu, kini aku mengambil posisi di atas Bude Aminah yang berbaring menghadapnya. Tubuhku siap menindih tubuh Bude Aminah yang bahenol itu. Perlahan tapi pasti aku masuk dan mulai bergoyang penuh kemesraan. Kuraih tubuh Bude Aminah sambil menggoyang penuh perasaan. Sepasang kemaluan kami kembali saling membagi kenikmatannya. Suara desahan khas mulai terdengar lagi dari mulut kami, diiringi kata-kata rayuan penuh nikmat dan gairah cinta.
Kini aku semakin garang menidurinya. Gerakanku tetap santai, namun genjotan pinggulku pada tubuh Bude Aminah lebih bertenaga. Hempasan tubuhku yang kini turun naik di atas tubuh Bude Aminah sampai menimbulkan suara decakan pada permukaan kemaluan kami yang beradu itu. Bibir kami saling pagut, kecupan disertai sedotan di leher kami berduan semakin membuat suasana itu menjadi tegang dan menggairahkan. Teriakan-teriakan keras keluar dari mulut Bude Aminah setiap kali aku menekan pantatnya ke arah pinggul Bude Aminah.
Beberapa saat lamanya kami lalu berganti gaya. Bude Aminah menempatkan dirinya di atas tubuhku, dibiarkannya aku menikmati kedua buah dadanya yang menggantung. Dengan leluasa kini aku menyedot puting susu itu secara bergiliran. Tidak puas-puasnya aku menikmati bentuknya yang besar itu, aku begitu bersemangat sambil sebelah tanganku meraba punggung Bude Aminah. Buah dada besar dan lembut nan mulus itu pun menjadi kemerahan akibat sedotan mulutku yang bertubi-tubi di sekitar putingnya. Sementara Bude Aminah kini asyik bergoyang mempermainkan irama tubuhnya yang turun naik, bergoyang ke kiri kanan untuk membagi kenikmatan dari kemaluan kami yang sedang beradu. Penisku yang tegang dan keras itu seakan bagai batang kayu jati yang tidak tergoyahkan. Sekuat Bude Aminah mendorong ke arah pinggulku, sekuat itu pula getaran rasa nikmat yang diperolehnya dariku.
"Ooohh.., oohh.., oohh.., enaknya Tomo.., oohh enaknya kontol kamu Sayang.., Bude ketagihan.., oohh lezatnya.., aahh.., uuhh.., sedoot teruus susu Bude.., oohh Sayang oohh," desah Bude Aminah bercampur jeritan menahan rasa nikmat dari goyang pinggulnya di atas tubuhku.
Untuk kesekian kalinya sensasi kenikmatan rasa dari batang kemaluanku yang besar dan panjang itu seperti bermain di dalam liang vaginanya. Liang kemaluan yang biasanya hanya merasakan sedikit geli saat bersenggama dengan suaminya itu kini seperti tidak memiliki ruang lagi oleh ukuran penisku.
Seperti biasanya, saat dalam keadaan tegang penuh, penisku memang menjadi sangat panjang hingga Bude Aminah selalu merasakan batang kemaluanku sampai membentur dasar liang rahimnya yang paling dalam. Dan keperkasaanku yang sanggup bertahan berjam-jam dalam melakukan hubungan seks itu kini kembali membuat Bude Aminah untuk kedua kalinya mengalami ejakulasinya. Dengan gerakan yang tiba-tiba dipercepat dan hempasan pinggulnya ke arah tubuhku yang semakin keras, Bude Aminah berteriak panjang mengakhiri ronde kedua permainannya.
"Aahh.., ahh.., aa.., aahh.., Bude ke.., lu.., ar laagii.., oohh.., kuatnya kamu Sayang, oohh..!" jeritnya kembali mengakhiri permainan itu.
"Oohh Bu.., enaak oohh vagina Bude nikmat jepitannya, oohh..!" balasku sambil ikut menggenjot keras menambah kenikmatan puncak yang dialami Bude Aminah.
Aku masih saja tegar bergoyang, bahkan saat Bude Aminah telah lemas tidak sanggup menahan rasa nikmat yang berubah menjadi geli itu.
"Aawww.., gelii.., Tomo stop dulu, Bude istirahat dulu Sayang, ohh gila kamu Tom, kok bisa kayak gini yah..?"
"Habiis Bude sih goyangnya nafsuan banget, jadi cepat keluar kan..?"
"Nggak tahu ya Tom, Bude kok nafsunya gede banget belakangan ini, sejak ngerasain kontol kamu, Bude benar-benar mabuk kepayang..," kata Bude Aminah sambil menghempaskan tubuhnya di sampingku yang masih saja tegar tidak terkalahkan.
"Sabar Bude, saya bangkitkan lagi deh..!" seruku sekenanya.
"Baiklah Tom, Bude juga mau bikin kamu puas sama pelayanan Bude, biar adil kan..? Sini Bude karaoke kontol kamu..! Aduuh jagoanku.., besar dan panjang oohh.., hebatnya lagi..," lanjut Bude Aminah sambil beranjak meraih batang kemaluanku yang masih tegang itu, lalu memulai karaoke dengan memasukkan penisku ke mulutnya.
Aku kembali merasakan nikmat dari permainan yang dilakukan Bude Aminah dengan mulutnya, batang kemaluan besar yang panjang dan masih tegang ini dikulum keluar masuk dengan buas oleh Bude Aminah yang sangat berpengalaman dalam melakukan hal ini. Sambil berlutut, aku menikmatinya sambil meremas kedua buah payudara Bude Aminah yang ranum. Telapak tanganku merasakan kelembutan buah dada nan ranum yang begitu kusukai. Dari atas tampak olehku wajah wanita paruh baya yang cantik dengan mulut penuh sesak oleh batang penisku yang keluar masuk.
Sesekali Bude Aminah menyentuh kepala penisku dengan giginya, hingga menimbulkan sedikit rasa geli.
"Auuwww.., nikmat Bude, sedot terus aahh, aduuh enaknya..!"
"Mm.., mm..," Bude Aminah hanya dapat menggumam akibat mulutnya yang penuh sesak oleh batang kemaluanku.
Aku begitu menikmati detik demi detik permainannya, aku begitu menyenangi tubuh bongsor wanita yang berumur jauh lebih tua dariku. Nafsu birahiku pada wanita dewasa seperti Bude Aminah memang sangat besar. Aku tidak begitu menyenangi wanita yang lebih muda atau seumur denganku. Aku beranggapan bahwa wanita dewasa seperti Bude Aminah jauh lebih nikmat dalam bermain seks dibandingkan gadis ABG yang tidak berpengalaman dalam melakukan hubungan seks.
Setiap kali aku melakukan senggama dengan Bude Aminah, aku selalu merasakan kepuasan yang tiada duanya, Bude Aminah sangat mengerti apa yang kuinginkan. Demikian pula Bude Aminah, baginya akulah satu-satunya pria yang sanggup membuatnya terkapar di ranjang. Tidak seorang pun dari mantan kekasih gelapnya mampu membuatnya meraih puncak kepuasan seperti yang didapatkan dariku.
Sepuluh menit sudah aku dikaraoke oleh Bude Aminah. Kemudian kini kami kembali mengatur posisi saat Bude Aminah kembali bangkit untuk yang ketiga kalinya. Bude Aminah yang telah terkapar dua kali berhasil dibangkitkan lagi olehku. Inilah letak keperkasaanku, aku dapat membuat lawan mainku terkapar beberapa kali sebelum aku sendiri meraih kepuasan. Aku sanggup bermain dalam waktu dua jam penuh tanpa istirahat.
Sejenak kami bermain sambil berdiri, saling menggoyang pinggul, mirip sepasang penari samba. Namun kemudian dengan cepat kami menuju kamar mandinya dan masuk ke dalam bak air hangat yang luas, sambil mengisi bak rendam itu dengan air. Kami melanjutkan permainan di situ, kami masuk ke dalam bak dan langsung mengatur posisi di mana aku menempatkan diri dari belakang dan memasukkan penisku dari arah pantat Bude Aminah.
Adegan seru kembali terjadi, teriakan kecil menahan nikmat itu terdengar lagi dari mulut Bude Aminah yang merasakan genjotanku yang semakin nikmat saja. Diiringi suara tumpahan air dari kran pengisi bath tube itu suasana menjadi semakin menggairahkan.
"Aahh.., nikmat Tom, ahh.., oohh kontol kamu Sayang, oohh enaak, mmhh lezaatnya oohh.., genjot yang lebih keras lagi dong.., oohh enaak..!" teriak Bude Aminah sejadi-jadinya saat merasakan nikmat di liang vaginanya yang dimasuki batang kemaluanku.
Aku juga kini lebih menikmati permainannya, aku mulai merasakan kepekaan pada batang kemaluanku yang telah membuat Bude Aminah menggapai puncak dua kali itu.
"Oohh.., Bude.., vagina Bude juga nikmat sekali.., oohh saya mulai merasa sangat nikmat oohh.., mmhh.., Bude oohh, Bude Aminah, oohh Bude cantik sekali oohh.., saya merasa bebas sekali..," oceh mulutku menimpali teriakan gila dari Bude Aminah yang juga semakin mabuk oleh nikmatnya goyang tubuh kami.
Kami berdua memang tampak liar dengan gerakan yang semakin tidak terkendali. Beberapa kali kami merubah gaya dengan beragam variasi seks yang sangat atraktif. Kadang di pinggiran bath tub itu Bude Aminah duduk mengangkang dengan pahanya yang terbuka lebar, sementara aku berjongkok dari depannya sambil menggoyang maju mundur, mulutku tidak pernah lepas menghisap puting susu Bude Aminah yang montok dan besar. Bunyi decakan cairan kelamin yang membeceki daerah pangkal kemaluan yang sedang beradu itu pun kini terdengar bergericik seiring pertemuan kemaluan kami yang beradu keras oleh hempasan pinggulku yang menghantam pangkal paha Bude Aminah.
"Aduhh.., enaknya goyang kamu Sayang oohh.., teruus.., aahh genjot yang keraass.., oohh sampai puaass.., hhmm enakk sayangg.., mmhh nikmaattnya.., oohh.., enaknya genjotan kamu.., oohh.., Tomo Sayang ooh kamu pintar sekali, oohh Bude ngak mau berhenti sama kamu.., oohh.., jagonya kamu Sayang, oohh genjot terus yang keras..!"
"Ohh Bude Aminah, Bude juga punya tubuh yang nikmat, nggak mungkin saya bosan sama Bude, oohh.., apalagi susu ini.., oohh mm.., enaknya.., baru sekali ini saya ketemu wanita cantik manis dengan tubuh yang begitu aduhai seperti Bude, ooh Bude Aminah.., goyang Bude juga nikmat sekali, ooh meski Bude sudah punya anak tapi vagina ini rasanya nikmat sekali Bude, oohh susu bude juga mm.., susu yang paling indah yang pernah saya lihat.., auuhh enaaknya vagina ini.., oohh.., kontol saya mulai sedikit peka Bude..," balasku memuji Bude Aminah.
Kami berdua terus saling menggoyang sambil memuji kelebihan masing-masing, ocehan kami berkisar pada kenikmatan seks yang sedang kami alami saat ini. Aku memuji kecantikan dan kemolekan tubuh Bude Aminah, sedang ia tidak henti-hentinya memuji keperkasaan dan kenikmatan yang ia dapatkan dariku. Beberapa saat berlalu, kami kembali merubah variasi gayanya menjadi gaya anjing. Bude Aminah menunggingkan pantatnya ke arahku, lalu aku menusukkan kemaluannya dari arah belakang. Terjadilah adegan yang sangat panas saat aku dengan gerakan yang cepat dan goyang pinggul yang keras memnghantam ke arah pantat Bude Aminah. Ia kini menjerit lebih keras, demikian pula denganku yang saat ini mulai merasakan akan menggapai klimaks permainanku.
"Oohh.., oohh.., oohh.., aauuhh.., ennaakk.., Tom.. mo Syang.., genjoot.., Bude mau keluaar lagii.., oohh.., nggaak tahan lagi Sayang.., nikmaat oohh..!" jeritan keras Bude Aminah yang ternyata juga sedang mengalami ejakulasi.
Vaginanya merasakan puncak kenikmatan itu seperti sudah diambang rahimnya. Ia masih mencoba untuk bertahan.
Demikian halnya denganku yang kini sedang mempercepat gerakan pinggulku menghantam pantat Bude Aminah untuk meraih kenikmatan maksimal dari dinding vaginanya. Kepala penisku pun mulai berdenyut menandakan puncak permainanku akan segera tiba. Buru-buru kuraih tubuh Bude Aminah sambil membalikkan arah menjadi berhadapan, lalu kemudian aku mengangkat sebelah kakinya itu ke atas, dan dengan gesit memasukkan penisku kembali ke liang vagina Bude Aminah.
"Ooh Bude, saya juga mau keluar. Kita pakai gaya ini yah? Saya mau keluarkan sekarang juga.., aauuhh Bude Aminah sayang.., oohh.., enaakk.., oohh.., vagina Bude njepit.., enaak..!" teriakku diambang puncak kenikmatannya.
Aku begitu kuat merasakan cairan sperma yang sudah siap meluncur dari penisku yang dalam keadaan puncak ketegangan. Kemaluanku terasa membesar, sehingga vagina Bude Aminah terasa semakin sempit dan nikmat. Bude Aminah pun merasakan hal yang tidak kalah nikmatnya, vaginanya seakan sedang merasakan nikmat yang super hebat dan membuatnya tidak dapat lagi menahan keluarnya cairan kelamin dari arah rahimnya.
"Oohh.., aahh.., Bude keeluuaarr laagii.., aahh enaakk.., Tomoo..!" teriak Bude Aminah mengakhiri permainannya, disaat bersamaan aku juga mengalami hal yang sama.
Aku tidak dapat lagi menahan luncuran cairan spermaku, sehingga penisku pun menyemprotkan cairan ke dalam rongga vagina Bude Aminah dan membuatnya penuh. Dinding vagina itu seketika berubah menjadi sangat licin akibat dipenuhi cairan kelamin kami. Aku tidak kalah seru menikmati puncak permainannya, aku berteriak sekeras-kerasnya.
"Aahh.., saya keluaarr juga Bude Aminah, oohh.., oohh.., sperma saya masuk ke dalam vagina Bude.., oohh.., lezaat.., oohh Bude Aminah sayaanng.., oohh Bude Aminah.., enaak..!" jeritku sambil mendekapnya dengan keras dan meresapi semburan sperma dalam jumlah yang sangat banyak.
Cairan putih kental itu sampai keluar meluber ke permukaan vagina Bude Aminah.
Akhirnya kami ambruk dan saling mendekap dalam kolam air hangat yang sudah penuh itu. Kami berendam, dan kini saling membersihkan tubuh yang sudah lemas akibat permainan seks yang begitu hebat. Kami terus saling mencumbu dan merayu dengan penuh kemesraan.
"Tomo sayang..!" panggil Bude Aminah.
"Ya, Bude..?"
"Kamu mau kan terus main sama Bude..?"
"Maksud Bude..?"
"Maksud Bude, kamu mau kan terus kencan gini sama Bude..?"
"Oh itu, yah jelas dong Bude, masa sih saya mau ninggalin wanita secantik Bude," jawabku sambil memberikan kecupan di pipi Bude Aminah.
"Bude pingin terus bisa menikmati permainan ini, nggak ada yang bisa memuaskan birahi Bude selain kamu. Pakde Toyo nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan kamu. Dulu sebelumnya Bude juga pernah pacaran sama pegawai bawahan Pakde Toyo, tapi ah mereka sama saja, hanya nafsu saja yang besar, tapi kalau sudah main kaya ayam, baru lima menit sudah keluar."
"Yah saya maklum saja Bude, tapi Bude jangan kuatir. Saya akan terus menuruti kemauan Bude, saya juga senang kok main sama Bude. Dari semua wanita yang pernah saya kencani, cuma Bude deh rasanya yang paling hebat bergoyang. Bentuk tubuh Bude juga paling saya suka, apalagi kalau yang ini nih..," kataku sambil memilin puting susunya.
"Auuw.., Tomo..! Gelii aahh.., Bude udah nggak tahan.., nanti lagi ah..!" jerit Bude Aminah merasakan geli saat aku memilin puting susunya.
Kami terus bercumbu rayu hingga saat beberapa puluh menit kemudian mengeringkan badan kami, lalu beranjak menuju tempat tidur. Di sana lalu kami saling dekap dan hanyut dalam buaian kantuk akibat kelelahan setelah permaian seks yang hebat itu. Kami pun tertidur lelap beberapa saat kemudian. Masih dalam keadaan telanjang bulat, kami terlelap dalam dekapan mesra kami.
TAMAT