Sore itu, waktu masih menunjukkan pukul 15: 00, sementara itu cuaca di luar sudah terlihat agak mendung.
Entah keberapa kalinya Anita menengok ke arah jam dinding, atau ke lengan kirinya yang terbalut jam tangan emas merk terkenal. Hari itu Anita mengenakan stelan blazer berwarna hitam, di padu dengan rok span setinggi diatas lutut dengan belahan yang cukup tinggi, sehingga sesekali menampakkan pahanya yang putih mulus itu. Stelan blazer hitam yang dikenakannya begitu kontras dengan warna kulitnya yang putih mulus itu. Orang lain yang baru mengenalnya pasti tidak akan mengira bahwa wanita ini sudah mencapai usia kepala tiga dan sudah mempunyai dua orang anak. Akan tetapi garis-garis kematangan yang terlihat di wajah dan tubuhnya yang nampak anggun itu semakin menampakan pesona ibu dua anak itu.
Tubuh dengan tinggi semampai, rambutnya yang selalu dipotong sebahu, dan garis-garis kematangan di wajahnya itu memperlihatkan bahwa ia adalah seorang wanita karir, terlebih bila melihatnya saat mengenakan stelan kerjanya. Anita memang telah berkarir di perusahaan pemasaran komputer ini bertahun-tahun lamanya. Sebagai pegawai marketing, sudah tentu Anita harus selalu berpenampilan menarik.
Sehingga dengan penampilannya yang selalu menarik itu, tak terlihat bahwa usianya sudah kepala 3, sebab di beberapa bagian tubuh masih dapat mengundang mata nakal para lelaki yang bertemu dengannya. Betis, lengan, leher dan dadanya yang putih mulus itu slalu mengintip dan mengundang para lelaki untuk mencuri pandang ke arahnya. Belum lagi bila melihat buah dadanya berukuran 36c yang mencuat ke atas itu pasti akan benar-benar mengundang fantasi setiap pria yang meliriknya, dan hanya bisa membayangkan untuk meremasnya dengan lembut sambil sesekali menggigit gemas putingnya.
Kehidupan perkawinannya kurang bahagia. Saat ini adalah kedua kalinya ia membina rumah tangga setelah bercerai dengan suami pertamanya. Dan tetap saja, kali ini pun ia tidak sebahagia yang telah ia bayangkan dengan suami keduanya. Dan masalah itulah yang selalu menggantungi pikirannya. Seperti saat ini, disaat ia akan pulang kantor, menuju rumahnya. Menit-menit terakhir di kantor inilah yang selalu membuatnya teringat saat-saat ia masih belum berkeluarga dulu, saat ia dapat tak langsung pulang kerumah setelah usai jam kantor, bisa berjalan-jalan dengan teman-temannya terlebih dahulu. Ia kembali merindukan saat-saat seperti dulu.
Lima menit lagi bel tanda pulang berbunyi, dan itu artinya ia harus pulang ke rumahnya, bertemu dengan suaminya, membantu anaknya mengerjakan pekerjaan rumahnya, dan hal-hal rumah tangga lainnya. Tiba-tiba lamunannya dipecahkan oleh suara intercom kantor. Dan ia langsung mengangkatnya,
"Halo, dengan ruang marketing, Anita disini"
"Halo, Anita apakah anda ada acara dirumah? Bisakah kamu memeriksa beberapa tugas auditing yang harus saya bawa ke Jakarta besok?" jelas suara diseberang, yang tak lain adalah bosnya sendiri.
Sebenarnya ia memang sedang enggan langsung pulang kerumahnya, tetapi bukan ini yang diharapkannya. Walau begitu ia tetap tidak dapat menolak permintaan bosnya itu.
"Baiklah pak, akan segera saya ambil diruangan bapak," ujarnya menyanggupi permintaan bosnya itu.
"Tak usah kau ambil, biar nanti kuminta tolong pesuruh kantor mengantarkannya ke ruanganmu, oya, saya juga sudah meminta tolong pada Yuyun untuk membantu, sekaligus menemanimu, ok? Terima kasih banyak Anita," ujar bosnya dari seberang telepon.
"Baiklah kalau begitu, terima kasih kembali pak," jawab Anita sambil menutup intercomnya.
Tak lama kemudian ruangannya diketuk dari luar, yang ternyata tak lain adalah rekan kerjanya, Mbak Yuyun dan pesuruh kantor yang mengantarkan berkas-berkas yang harus diperiksanya. Tak lama kemudian kedua wanita itu langsung disibukkan dengan tugas mereka.
"Mbak, untung aku kau temani lho!, malas juga rasanya kalau lembur sendirian," ujar Anita disela-sela kerja mereka, "Oya, sebentar kuambilkan minum ya? Tapi mungkin cuma ada air mineral atau jus jeruk"
"Wah, kalau gitu aku mau jus jeruknya aja An, kayaknya asyik deh!" timpal Mbak Yuyun.
"Ok deh kalau gitu!" jawab Anita sambil beranjak ke kulkas kecil yang ada di ruangannya yang berada di lantai dua itu.
Tak terasa mereka sudah mengerjakan tugas itu hampir selama 1 jam. Dan tugas itu pun sudah hampir selesai.
"Ah, akhirnya beres juga ya An!?" ujar Mbak Yuyun.
"Iya nih Mbak, untung ditemanin Mbak" Balas Anita.
"Eh, tapi nggak gratis lho An!, ha.. ha.. ha.." canda Mbak Yuyun.
"Ok deh Mbak, Mbak mau apa, sup kambing Bang udin, sate kambing depan atau seafood?" tanya Anita.
"Ah, kamu ini, aku kan cuma bercanda! Jangan dimasukkin ati ah!" terang Mbak Yuyun
"Wah aku jd enggak enak nih!" lanjut Anita, "Eh, Mbak hrs cepat pulang ya? Kita ngobrol-ngobrol dulu aja yuk?"
"Mmm boleh, aku juga lagi males pulang nih," jawab Mbak Yuyun.
Akhirnya mereka pindah ke sofa tempat Anita biasa menerima tamu bisnisnya, dan mulai ngobrol tentang berbagai hal.
"Mbak, panas nggak sih?" tanya Anita sambil melepas atasan blazernya.
"Iya nih, aku juga kepanasan dari tadi, tapi nggak kerasa gara-gara serius banget ngerjain tugasnya," lanjut Mbak Yuyun sambil ikut membuka pula atasan blazernya.
Saat Mbak Yuyun membuka blazernya, mata Anita secara tak sengaja mengarah ke dalam blus yang dikenakan Mbak Yuyun. Walaupun Mbak Yuyun lebih tua beberapa tahun darinya tetapi tubuhnya benar-benar masih kencang dan montok. Garis-garis kematangan di wajahnya sekilas memperlihatkan ketegasan wanita itu, dan Anita dapat menebak, begitu pula di atas ranjang. Terlebih buah dadanya yang sepertinya berukuran 36d itu benar-benar menggoda orang untuk menatapnya.
Sesaat Mbak Yuyun membuka blazernya, terciumlah aroma parfumnya yang terasa lembut tetapi menantang, terlebih setelah tercampur dengan aroma ketiaknya dan keringat tubuhnya. Dan entah mengapa Anita merasakan sesuatu yang aneh saat ia mengalami hal ini. Perasaan aneh yang baru kali ini ia rasakan. Perasaan yang perlahan-lahan mulai ia nikmati. Membuat detak jantungnya tiba-tiba makin tak beraturan.
"Kenapa An, kok bengong gitu?" tanya Mbak Yuyun
"Eh, oh, nggak apa-apa kok Mbak, aku cuma kagum aja ama tubuh Mbak yang masih sintal banget itu," jelas Anita.
"Oh, kukira kenapa. Eh jangan-jangan kamu nafsu ya lihat aku?" selidik Mbak Yuyun sambil tersenyum nakal.
"Hah, ya ampun Mbak Yuyun nih, emang aku lesbi?" terang Anita sambil kaget, tetapi jujur saja hati kecilnya mengakuinya bahwa ia memang sedang horny saat itu.
Semakin nakal, hati kecil Anita menginginkan sesuatu yang gila dengan Mbak Yuyun.
"Abis kamu ngeliatin aku kayak gitu banget sih An!" Goda Mbak Yuyun lagi.
"Eh, tapi jujur aja, aku kok ngerasa hal yang aneh ya barusan?" ujar Anita
"Oh ya? Wah gawat nih! Coba sini kudengerin detak jantungmu, normal nggak?" tanya Mbak Yuyun sambil telinganya langsung mengarah ke arah dada Anita. Tubuh Mbak Yuyun yang semakin dekat dengan tubuh Anita membuat aroma tubuh Mbak Yuyun makin tercium oleh hidung mancung Anita.
"Wah, An, jantungmu kok nggak beraturan gitu sih detaknya? Jangan-jangan kamu emang lagi horny beneran ya?" goda Mbak Yuyun.
"Nggak tahu nih Mbak, kok tiba-tiba kayak gini, padahal aku belum pernah ngerasa gini, terlebih dengan wanita" jelas Anita lagi.
"Coba kudengerin sebelah sini" ujar Mbak Yuyun sambil menggeser telinganya ke dada Anita sebelah kanan.
Kemudian pindah ke kiri. Dan entah disengaja atau tidak, kepala Mbak Yuyun yang bergeser pindah tempat tadi menyenggol buah dada Anita yang ternyata sudah mulai mengeras putingnya, mungkin juga disebabkan karena ac diruangan itu yang dingin sekali.
"Aufhh.. Mbak! Kau apakan sih tadi," tanya Anita pada Mbak Yuyun yang masih menempelkan telinganya didada Anita.
Degup jantung Anita semakin tak beraturan, begitu pun degup jantung Mbak Yuyun. Tetapi Anita mulai menikmati hal ini jadi ia tetap membiarkan Mbak Yuyun menempelkan telinganya di dadanya, kepala Anita pun sudah mulai disandarkan di sandaran sofa, matanya pun mulai terpejam menikmati hal aneh tersebut.
Agaknya Mbak Yuyun mulai mengerti apa yang dirasakan oleh mereka berdua, dan ia tak ingin kehilangan petualangan besar ini. Telinganya masih tetap ditempelkan didada Anita, sambil sesekali digeser kekanan dan kekiri, ia menikmati perpaduan aroma tubuh Anita yang telah seharian kerja ditambah parfum lembut yang dipakai Anita. Yuyun mengangkat kepalanya untuk melihat Anita yang ternyata sedang menidurkan kepalanya pada sandaran sofa. Dan entah akibat desakan dari mana ia mulai mengikuti kata hatinya sendiri, tak peduli apakah rekan sekantornya itu akan marah, ia mempertaruhkan segalanya, sambil kemudian..
"Kresshh.. " digigitnya menggigit puting Anita yang masih terbungkus bra dan blous satinnya.
Dan kemudian diikuti teriakan kecil yang keluar dari bibir Anita.
"Oufhh.. Ssshh.. Mbakhh Yuyunnhh.. "
Mata Anita terlihat amat sayu, Mbak Yuyun menyadari pertanda itu bahwa Anita sudah sepenuhnya horny dan teramat ingin dipuaskan. Menyadari persetujuan tak langsung dari temannya itu, tanpa ragu lagi Mbak Yuyun mulai menciumi leher jenjang Anita yang putih mulus menantang itu, sambil tangannya beraksi membuka kancing-kancing blous satin Anita, tak lama kemudian, terpampanglah di depan matanya, buah dada Anita yang mencuat ke atas dan masih terbungkus bra hitam berenda yang menerawang memperlihatkan gumpalan daging putih yang terbungkus di dalamnya. Walau berukuran 36c tetapi bra itu terlihat kurang cukup membungkus gumpalan putih itu. Detak jantung Anita makin tak beraturan, sehingga buah dada putih mulus itu makin naik turun. Melihat hal ini, Yuyun pun makin bernafsu.
Akal sehat keduanya mulai tak teratur, melihat sesuatu yang menggemaskan di depan matanya ia langsung mengarahkan mulutnya ke arah buah dada Anita.
"Kresshh.."
Digigitnya lagi puting yang sudah membengkak itu tanpa membuka bungkusnya. Dipilin-pilinnya puting kanan Anita dengan giginya, sehingga antara gigitan gemas Mbak Yuyun dan renda yang membungkus dadanya itu, menimbulkan sensasi pada putingnya yang membuat raga bagian bawah Anita makin terasa lemas.
"Aaahh mbakhh.. Terusshh.. Oufh.. " bisik Anita.
Melihat hal itu, Mbak Yuyun semakin mempergencar serangannya di dada Anita. Mulutnya menggarap buah dada sebelah kanan milik Anita, dan tangan kanannya meremas-remas gumpalan putih yang sebelah kiri. Anita mulai meracau tak jelas. Bintil-bintil sekitar putingnya pun semakin membengkak.
"Mbaakhh.. Terushh mbaakhh.. Janghhannhh berhhentihh.. Aaahh sshh.. Iyaahh dihh situhh shh," racau Anita, ang makin membuat Mbak Yuyun terangsang dan mempergencar serangannya.
Menyadari temannya ingin lebih dipuaskan, tangan kiri Mbak Yuyun mulai mengarah ke bawah. Ditariknya rok span Anita hingga sebatas pinggul, dan dirabanya vagina Anita yang masih terbungkus celana dalam hitam beranda. Terasa oleh jemari Yuyun, vagina Anita sudah amat basah. Tangan Mbak Yuyun mulai mengelus-mengelus jahitan pinggir bagian vagina celana dalam Anita, dirabanya naik turun, ke depan, ke belakang. Terus hingga Anita makin mengelinjang tak karuan. Tangan Anita mulai menjambaki rambut Mbak Yuyun, dan menariknya agar pindah dari buah dadanya untuk segera mengerjai daerah kemaluannya yang semakin terasa gatal itu.
"Mbaakhh cepat mbakhh.. Auh shh.." racau Anita makin liar.
Mbak Yuyun makin menyadari bahwa Anita ingin lebih dipuaskan, tetapi ia tetap menjaga tempo permainan untuk tetap mempermainkan nafsu Anita, ia tak langsung menggeser mulutnya ke arah vagina Anita, melainkan menciumi perut dan menghisap-hisap pusar Anita terlebih dahulu, dan ini semakin membakar gairah dan memancing teriakan Anita. Mbak Yuyun sendiri benar-benar makin tak kuasa menahan nafsunya untuk diri sendiri, tetapi ia ingin memuaskan Anita terlebih dahulu.
Kemudian Mbak Yuyun mengambil ancang-ancang berdiri dari sofa, lalu melucuti semua pakaiannya kecuali bra dan celana dalamnya yang berwarna merah maroon penuh renda, kontras dengan kulitnya yang kuning langsat. Melihat hal itu Anita langsung bangun dan mulai menciumi daerah kewanitaan milik Mbak Yuyun, sambil tangannya menggosok-gosok vaginanya sendiri.
"Ah rupanya kamu sudah nggak sabar ya sayang?" tanya Mbak Yuyun sambil berjongkok dan mencium lembut bibir Anita, kemudian dibalas oleh Anita dengan lumatan yang teramat dalam dan penuh nafsu.
Mbak Yuyun mendorong Anita lagi ke sofanya, kemudian melucuti pakaian Anita, termasuk celana dalamnya sehingga wanita dihadapannya itu tinggal mengenakan bra hitam berendanya. Kemudian ia mengangkat kedua kaki Anita, dan diletakkan di atas bahunya. Mbak Yuyun mulai mengarah ke arah vagina milik Anita, dan tanpa disangka, Anita langsung menjambak rambut Mbak Yuyun, dan menarik kepalanya, mengarahkan ke arah vaginanya sambil ia mengayunkan belahan pahanya tepat ke Yuyun itu dan.. Blesshh..
Ke bagian 2